Wednesday, April 30, 2014

Lomba Artikel

Lomba ini diadakan oleh OSIS MA Darul Huda dan peserta dari lomba ini meliputi seluruh santri ponpes darul huda tetapi yang lomba ini bersifan wajib hanya untuk kelas X MA Darul Huda. Tujuan diadakannya lomba ini adlah untuk meningkatakn kretivitas santri dan untuk menemukan bibit-bibit penulis di kalangan santri popes Darul Huda. Di bawah ini adlah karya pemenag lomba Artikel
Juara I :

PENTINGNYA NIAT DALAM MEMULAI PROSES TOLABUL ILMU
Oleh : M. Said Rifqi (XI B IPA)
                Dalam pembuatan suatu bangunan ada satu bagian yang sangat diperhatikan dalam pembuatannya. Mulai dari awal pembangunan hingga akhir pembangunan, satu bagian inilah yang menentukan bagus dan tidaknya sebuah bangunan. Bagian inilah yang disebut pondasi, pondasi yang baik akan menjadikan bangunan kokoh dan tahan akan bencana dan sebaliknya jika dalam pembangunanya pondasi hanya asal-asalan akan berakibat pada ketidak kokohan suatu bangunan, sehingga bangunan tersebut akan mudah sekali roboh dan tidek tahan bencana.
                Begitu pula dalam pekerjaan manusia, ada satu bagian yang juga menentukan baik buruknya hasil dari pekerjaan itu. Jika bagian iotu baik maka akan berakibat baiknya hasil dari pekerjaan tersebut dan sebaliknya, apabila bagian itu buruk maka akan berakibat buruknya hasil dari pekerjaan tersebut.bagian tersebut adalah niat, niat dalam memulai pekerjaan sangatlah penting, karena kualitas baik buruknya pekerjaan tergantung pada niatnya. Dalam banyak kasus, sering kita melihat oenag melakukan pekerjaan yang baik namun pada hakekatnya hatinya berniat melakukan suatu keburukan, ataupun seseorang melakukan pekerjaan yang dalam kebiasaanya pekerjaan tersebut termasuk keburukan namun pada hakikatnya dia berniat melakukan suatu kebaikan. Sebagia contoh ada seorang laki-laki yang sedang menolong seorang wanita namon nkarena buruknya niat orang tersebut, orang tersebut melakukan pelecehan terhadap si wanita atau sebaliknya pada kisah nabi khidir yang melubangi kapal orang miskin, dan ternyata lubang di kapal tersebut menjadi penolong penghuni kapal yang kebanykan orang miskin dari para perampok. Jadi, kita tidak boleh dengan langsung memfonis suatu pekerjaan itu baik ataupun buruk, karena semua pekerjaan tergantung oleh niat masing-masing.
                Sebagai seorang pencari ilmu, niat juga sangatlah penting. Dengan niat, secara langsung telah momotivasi dalam diri seorang siswa untuk mencapai keberhasilan sesuai yang ia niatkan. Dalam agama islam, niat dalam mencari ilmu amat sangat diperhatikan. Karena niat diibaratkan sebuah kunci pintu dan dibalik pintu tersebut bertempatlah berjuta-juta ilmu pengetahuan. Dengan kunci yang baik, pintu akan membuka dan dapat diambil dengan leluasa, dan jika kunci itu buruk maka pintu tidak akan membuka dan kita tidak akan mendapatkan apapun.
                Bahkan dalam kitab Ta’limul Muta’alim karangan syaih Ibrahim Bin Ismail, niat lebih diperinci dengan mencantumkan niat yang benar dan yang salah dalam mencari ilmu. Diantaranya niat-niat yang benar adalah kita berniat mencari ilmu dengan tujuan untuk menghilangkan kebodohan atau berniat mencari ilmu semata-mata menjalankan perintah Allah SWT dengan kata lain hanya mencari ridho Alloh. Dan bukan berniat untuk kesombongan maupun hanya untuk mencari sanjungan dari orang lain karena perbuatan ini sangat dibenci agama, bahkan orang yang sama melakukannya juga membenci. Di dalm kitab yang lain juga disebutkan bahwa jika ada seorang guru yang mengetahui muridnya mencari ilmu dengan niat yang salah maka guru tersebut dihukumi berdosa. Karena sama saja membantu seseorang dalam berbuat kerusakan. Hal ini diibaratkan seorang penjual senjata yang menjual senjatanya kepada perampok sedang penjual tersebut mengtahui akan profesi perampok tersebut.
                Maka wjiblah dari kita menata niat kita sedini mungkin, sehingga kita tidak terjerenbab dalam lubang kerusakan dan apa yang kita niatkan bisa terwujud. Amin.

Juara II :
JAM KOSONG !!!
Oleh : Kelas X H
Dewasa ini, semakin banyak siswa yang menganggap jam kosong sebagai suatu berkah tersendiri. Fakta inilah yang membuat dunia pendidikan di Indonesia semakin memprihatinkan. Mungkin dari pembaca masih satu atau dua yang masih belum faham apa yang dimaksud “jam kosong”. Jam kosong dalam pembahasan kali ini berarti saat dimana guru mata pelajaran tidak dapat hadir untuk mengajar.
Nah, berdasarkan pengertian diatas, dapat dibayangkan apa yang dilakukan kebanyakan siswa saat guru mereka berhalangan hadir. Belum dapat dipastikan sebagian memilih belajar atau sekedar membaca-baca buku pelajaran. Namun sudah dapat dipastikan kebanyakan siswa memilih melakukan kegiatan-kegiatan yang mereka anggap menyenangkan.hal-hal yang mereka anggap menyenangkan itulah yang secara tidak langsung dapat menjerumuskan mereka kedalam lembah kebofohan.
Kurangnya kesadaran siswa atas nikmat yang diberikan oleh allah berupa anggota tubuh yang lengkap, akal yang sehat, serta waktu yang lapanglah penyebab surutnya mereka untuk belajar. Ada sebuah ungkapan yang menyatakan,”belajar diwaktu muda bagaikan mengukir diatas batu, belajar diwaktu tua bagaikan mengukir diatas air”. Ungkapan tersebut bermakna bahwa: belaja di usia masih  muda lebih mudah dan lebih cepat faham akan suatu ilmu pengetahuan serta tidak mudah lupa bila dibanfingkan belajar diwaktu usia sudah tua.
Alangkah bijaksananya apabila siswa-siswa yang terlena dengan jam kosong dapat disadarkan. Entah itu dengan cara sosialisasi-sosialisasi atau memberi serangkaian tugas yang harus dilaksanakan. Mungkin dari pihak sekolah dengan diketuai oleh kepala sekolah dan beranggotakan para guru rela mengorbankan satu jam pelajaran demi mengadakan penyuluhan ke kelas-kelas tentang kesempatan emas yang terkandung dalam jam kosong. Namun apabila cara tersebut tidak mungkin untuk dilakukan, maka soslalisasi dapat diperdengarkan kepada siswa saat upacara bendera berlangsung.
Kenyataan bahwa dana dari APBN yang telah dikucurkan pemerintah untuk meningkatkan mutu serta kualitas pendidikan di Indonesia sudah sangatlah banyak. Namun, entah apakah dana sebanyak itu menguap begitu saja, sehingga mutu dan kualitas dalam budang pendidikan tidak terlihat meningkat secara signifikan. Hal itu lebih diperparah lagi dengan seiringnya pergantian kurikulum yang mau atau tidak mau pasti juga memakan biaya. Ditambah lagi tidak semua siswa berhasrat untuk belajar, padahal mereka yang tinggal didaerah perkotaan bisa dikatakan berkecukupan fasilitas dalam bidang pendidikan.
Sebenarnya sudah ada beberapa dari pihak guru yang berhalangan hadir memberi tugas kepada siswa guna mengisi kekosongan, guru memerintahkan kepafa ketua kelas untuk mengumpulkan tugas yang telah diselesaikan ke tempat yang sudah ditentukan. Namuun itu benar-benar hanya sebagai pengisi kekosongan ada guru yang mengatakan, “kemarin dikumpulkan dimana?”, pertanyaan tersebut menandakan tugas yang disuruh mengumpulkan sama sekali tidak disentuh. Meski hanya sekefar untuk menyemangati siswa seharusnya guru mengatakan “hasil kerjanya bagus tapo masih ada yang salah”, dengan demikian, diharapkan siswa mendapat suntikan semangat untuk lebih giat lagi dalam mengerjakan tugas tugas yang dibebankan kepada mereka.
Namun masalah tifak samnpai disitu saja, niat baik pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dengan program wajib belajar 12 tahun rupanya tidak disambut antusias oleh para siswa. Buktinya masih ada sebagian dari siswa yang malas atau enggan pergi ke sekolah. Bahkan ada segelintir siswa yang menganggap sekolah adalah beban. Persoalan ini merupajkan pekerjaan rumah bagi para orang tua dan guru. Apapun tindakan yang mereka lakukan untuk menumbuhkan semangat belajar siswa haruslah sejak dini. Karena seseorang akan lebih mudah mengingat apa yang diajarkan kepadanya saat masih muda. Entah itu dengan cara menerangkan kepada anak manfaat belajar atau bahkan menakut-nakuti mereka akan konsekuensi tidak belajar.
Dengan menanamkan nilai-nilai positif serta memantik semangat belajar siswa sejak dini, diharapkan kelak siswa mampu berfikir rasional dan logis tentang apakah ia harus belajar atau tidak. Dengan cara itu pula semoga bisa menjadikan atau menciptakan generasi-generasi siswa yang berkualitas yang tidak menyia-nyiakan jam kosong dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang kurang bermanfaat.

Juara III :
SOROGAN
Oleh : Arif Wafidhi (XI A IPS)
Sistem pengajian salafy yang bangkitkan kebersamaan guru dan santri
         Ustadz dan santri jelas memiliki kelas yang berbeda. Jadi dalam keseharian ustadz maupun santri memiliki lingkungan sosial yang berbeda pula. Dari hal inilah kesulitan interaksi antara mereka terjadi. Seperti ada jurang pemisah yang begitu dalam. Problem ini mengakibatkan pihak santri ataupun ustadz mengalami kerugian. Proses trasfer ilmu menjadi tersendat akibat adanyaba kelas.
         Namun didunia pesantren ada pengajaran yang cukup unik yaitu Sorogan. Model sistem ini adalah santri membentuk lingkaran sesuai jumlah dalam satu kelompok, dengan ustadz memimpin ditengah. Ringkas memang, namun jika diselami lebih dalam tentang manfaat model ini, kita tak pernah bisa menduga apa yang terkandung. Yang paling menonjol adalah hubungan antara ustadz dan santri terjembatani. Hingga pemisah diantara mereka menjadi samar.
         Hal itu terbukti dengan mudahnya santri menangkap pelajaran, karena disaat santri mengalami masalah dengan kefahaman, ustadz langsung bisa memberi asahan atau masukan. Bahwa banyak yang mengatakan bahwa sistem ini semakin berhasil karena adanya nilai barokah.
         Selain itu ada perasaan saling mengerti diantara keduanya. Kadangkala jika santri ingin mengungkapkan tentang ketidaksesuaian antara cara mengajar ustadz. Ada pengganjal karena santri belumtau persis bagaimana respon ustadz jika menerima kritikan. Namun setelah bertatap muka dan interaksi dilakukan dengan jarak dekat. Santri perlahan mengetahui karakter sang ustadz. Hingga berab\ni menyampaikan kritik.
          Seperti timpang jika kita membahas sistem sorogan dengan sisi kaca mata. Bagaimanapun soroga masih memiliki kekurangan disana-sini. Yang saat ini sering terjadi adalah hilangnya rasa santun. Karena santri merasa bahwa kedekatan semakin menghapus tingkat kelas diantara mereka. Bahkan yang paling parah penggunaan bahasa krama yang dipegang teguh dipesantren dalam norma keta’diman. Turun tingkat ke paling bawah yaitu bahasa ngoko kasar. Yang paling relevan adalah santri mencoba memancing ustadz untuk semakin mempererat kaakraban dengan senda gurau. Padahal pengajian dalam pendidikan pesantren memiliki durasi. Jika diisi dengan hal semacam itu waktupun akan habis. Hingga akhirnya proses trasfer ilmu tak berjalan dengan maksimal. Dan dampak paling parah adalah adat dan budaya hormat di pesantren semakin terkikis.
          Dari sisi negatifitu, memiliki beberapa solusi. Yaitu yang paling efektif dari ustadz, bagaimana ustadz bisa mengendalikan suasana dan membagi waktu antara seriusdan santai. Dengan ini santri juga akan teratur dalam memanage waktu. Perlahan santri juga sadar, bahwa sorogan adalah tempat untuk kegiatan belajar mengajar yang disajikan dengan bentu yang lebih fleksibel dari sistem lainnya. Hingga mereka mampu menjadikan sorogan wadah penyelesaian problem solving dan juga sumber ilmu yang banyak.





0 komentar:

Post a Comment

Contact

Talk to us

Konfirmasi terkait dengan kegiatan dan keberadaan peserta didik, silahkan hubungi kontak Madrasah atau melalui Wali Kelas.

Address:

Jl.Ir.H.Juanda VI/38 Mayak Ponorogo

Work Time:

Libur Hari Jum'at

Phone:

Kantor MA : 0352-461093